Porsi Rezeki
Atas anugerah dan kasih sayang Allah kepada hambanya, kita semua mendapat rizki tiada henti, berupa oksigen, sehat, nyaman, tenang dan sederet nikmat lainnya sebagai bukti bahwa Allah maha kaya, kekayaannya telah terbukti tidak habis meski telah dibagi kepada seluruh makhluknya baik yang berjalan maupun yang merangkak sejak alam ini tercipta. Karena itu, tidak ada alasan bagi siapapun meminta-minta kepada selain-Nya, terlebih lagi meminta-minta kepada sesamanya. Ibnu Mandzur, menilai rizki tidak hanya berupa material fisik seperti uang, sandang pangan tapi jauh lebih penting adalah rizki bersifat bathin bathin misalnya, hilangnya kesedihan, sehat jasamiani ruhani, nyaman dll.
Ada sebuah keterangan yang memberkan informasi bahwa porsi rizki manusia telah ditulis Allah sejak dalam kandungan sejak janin berusia 120 hari. Rizki tersebut dibagikan selama kurun waktu menjalani kehidupan dunia hingga ajal berbicara, antara hamba yang satu dengan yang lainnya diberi perbedaan agar terjadi kelangsungan sunnatullah, ada yangbanyak dan ada yang sedikit, catatan pembukuannya erat dalam genggamanya, So.. tak ada gunanya harus iri apalagi dengki dengan kenikmatan orang lain, begitupula tak ada alasan membanggakan usahanya, bukankah semua telah diaturoleh sang maha teratur, teratur dalam pemberian dan teratur dalam jumlahnya. Pendek kata porsi rizki itu kuasa Allah ta’ala tidak bisa dipaksa-paksa, Allah berfirman:
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki.” (QS. An Nahl: 71)
Yang tahu jumlah rizki hanya Allah ta’ala, semua rahasia itu erat dalam genggaman-Nya, jangankan untuk masa depan yang lama, untuk esok hari saja manusia tidak mengetahuinya, sesuai dengan firman-Nya.
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا….….
” Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (QS. Lukman : 34).
Kerahasiaan itu dimaksudkan agar supaya setiap insan tidak bermalas malasan dalam usaha, keberhasilan semata-mata bukan karena hasil usaha manusia tetapi karenya-Nya, tetapi bukan berarti pasrah tanpa usaha, pada akhirnya nanti kberhasilan usaha akan mendorong manusia untuk bersyukur dan bernilai ibadah, begitupula kegegalan juga pada akhirnya mendorong manusia untuk bersabar dan bernilai ibadah pula. Jangan bangga dengan keberhasilan pun jangan kecewa karena kegagalan, keduanya ada ibadah mulya di dalamnya.
Faktanya pada saat ini banyak orang mengeluh karena usahanya gagal dan bahkan ada sebagian orang resah bukan karena rugi tapi semata-mata karena hasil yang didapat hari ini lebih kecil dari hari-hari sebelumnya, tak jarang pula ada sebagian orang yang masih membangga-banggakan strateginya dalam mencari rizki sehingga tak terasa lewat jalan pintas, manipulasi, curang dan terjerumus dalam transaksi yang dilarang oleh Allah swt. Anehnya dengan bangga ia ceritakan kepada sesamanya, Naudzubillah..
Dalam perjalan pencarian rizki manusia dihadapkan pada pilihan cara, cara halal namun lambat, cara haram tetapi cepat untuk menghasilkan rizki melimpah, tidak sedikit manusia terjebak dalam pilihannya, sampai terjerumus ke dalam lembah nista, dengan cara mencuri atau korupsi, dengan cara manipulasi atau melalui cara tipu sana tipu sini. Mencari rizki sebagai sarana ibadah hukumnya adalah ibadah, tetapi dengan cara haram seperti ini, mencari rizki berharap mendapat rahmat, namun bukan rahmat malah laknatdi dapat
Rizki diberikan kepada manusia tidak lain adalah untuk menegakkan tulang iga supaya ia mampu beribadah kepada Allah swt, karena tugas utamanya adalah semata-mata beribadah kepada Allah, bukan memburu karunianya apalagi menumpuknya, karena mencari sarana untuk ibadah sehingga Allah memuji bagi orang yang bekerja keras, tetapi bisa jadi karena tidak sadar dengan tujuan utama hidupnya sehingga manusia mencari karunia Allah untuk ditumpuknya kemudian harta tersebut tidak menjadi sarana memuluskan perjalanannya ke ridho-Nya tetapi malah membuat murkaNya.
Oleh karena itu mencari harta yang halal sudah tidak bisa ditawar-tawar, terlebih di zaman akhir, silahkan baca : tanda akhir zaman , Rizki sebagai sarana pengantar untuk beribadah harus benar-benar halal dan thoyyib, ibarat orang minum, rizki adalah gelasnya, minum dengan gelas bersih supaya badan sehat, jangan coba coba minum dengan gelas kotor kalau ingin hidup sehat. Jalani kehidupan ini dengan rizki halal dan memohon keberkahan dari Allah bila ingin hidup berbahagia di dunia, sungguh harta yang tidak berkah itu banyak indah dan banyak dalam hitungan tapi hakikatnya sedikit sekali manfaatnya, dan tidak punya pengaruh baik untuk mencapai kedamaian dalam hatinya. Karena Rizki yang berkah itu sangatlah penting
Rizki yang berkah adalah, rizki yang mempunyai efek kebaikan berlipat ganda pada setiap lini keidupannya, Namun perlu dingat, pengertian berkah ini tidak melulu identik dengan banyaknya materi yang dimiliki, tetapi juga menyertai harta yang sedikit. Hal ini tercermin pada diri yang merasa berkecukupan memenuhi kebutuhan keluarganya, meskipun income yang didapatkan masih tergolong jauh dari cukup. Namun tak jarang kita melihat kebahagiaan selalu menyelimutinya. Seperti yang disindir di dalam Hadits Hakim bin Hizam Radhiyallahu ‘anhu di bawah ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya :
يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini begitu hijau lagi manis. Maka barangsiapa yang mengambilnya dengan kesederhanaan jiwa, niscaya akan diberkahi. Dan barangsiapa mengambilnya dengan jiwa serakah , niscaya tidak diberkahi; layaknya orang yang makan, namun tidak pernah merasa kenyang”.( HR al Bukhari, kitab az Zakat)
Mungkin di lain waktu, saya akan jelaskan lebih detail lagi tentang rizki berkah, jangan sangka bahwa harta banyak adalah berkah, kerja ringan dengan pendapatan berlimpah adalah makna berkah, bukan sungguh bukan itu . Di penghujung tulisan ini marilah kita renungkan hadits nabi di bawah ini :
َ يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنْ الْحَرَامِ
“Akan datang suatu masa pada manusia, seseorang tidak peduli terhadap apa yang digenggamnya, apakah dari halal atau dari yang haram” (HR al Bukhari, kitab al Buyu’, bab Man Lam Yubali min Haitsu Kasaba al Mal (4/296)
Comments
No comment yet.